Selamat datang di Artikel Indotraderpedia

Di blog ini kami menampilkan artikel-artikel yang pernah dimuat di majalah indotraderpedia.

Download Majalah Indotraderpedia

Jika Anda ingin membaca majalah secara lengkap dan terbaru, silahkan download majalah Indotraderpedia.

Toko Indotraderpedia

Kami juga menyediakan buku dan ebook dengan harga yang terjangkau.

Strategi Forex

Silahkan bergabung dengan menjadi member strategi forex untuk mengakses berbagai strategi forex.

Hubungi Kami

Silahkan hubungi kami jika ada pertanyaan.

09 November 2015

Masih Bisakah Trading Chart Pattern?


Dalam belajar technical analysis selalu diajarkan chart pattern dan indikator. Dalam penggunaannya trader akan lebih banyak memilih menggunakan indikator daripada chart pattern.
Berkembangnya indikator membuat chart pattern semakin terlupakan, terutama oleh trader pemula. Chart pattern memerlukan interprestasi yang lebih sulit daripada menggunakan indikator. Signal dari indikator juga lebih banyak muncul daripada signal dari chart pattern. Ini yang membuat banyak trader  pemula  memilih indikator dan melupakan chart pattern.
Thomas Bulkowski, ahli di bidang chart pattern, melakukan riset terhadap 13.932 chart pattern yang muncul dari tahun 1991 sampai 2008. Hasilnya tingkat kegagalan chart pattern ini semakin meningkat, yaitu tiga kali lebih besar daripada di masa lalu.
Dengan ini semua,  masih  bisakah kita  trading menggunakan chart pattern?
Apa Itu Chart Pattern
Salah satu premise dalam technical analysis adalah sejarah akan kembali terjadi berulang. Pergerakan harga di masa lalu akan berulang  kembali sehingga trader dapat memprediksi pergerakan harga. Dari analisa pergerakan harga di masa lalu inilah terdapat pola-pola yang dapat diidentifikasi menjadi chart pattern yang sekarang digunakan.
Chart pattern adalah pola pada chart yang dapat memberikan signal trading atau memberi pertanda  akan kemana harga bergerak. Chart pattern ini dapat memberi signal apakah akan terjadi reversal ataukah harga bergerak melanjutkan trend.
Kenapa Trader Dapat Gagal Trading Chart Pattern
Penyebab gagalnya trader dalam trading chart pattern dapat dibagi dua, yaitu faktor eksternal dan faktor internal.  Faktor eksternal ini tidak dapat dikontrol  oleh  trader, sedangkan faktor internal sebenarnya dapat dikontrol dan dapat diminimalisir.
Faktor eksternal penyebab gagalnya chart pattern adalah adanya berita.  Perkembangan teknologi komunikasi dan internet membuat berita dengan cepat tersebar dan direspon oleh trader. Saat terdapat chart pattern dan muncul berita yang berlawanan dengan chart pattern tersebut maka  dapat membuat gagalnya chart pattern tersebut.
Untuk saham, faktor eksternal penyebab gagalnya chart pattern dapat juga dipengaruhi oleh index atau sektor saham tersebut diperdagangkan. Index atau sektor dalam saham seringkali sangat berpengaruh atas pengerakan saham. Oleh sebab itu jika muncul chart pattern yang berlawanan dengan pergerakan index atau saham maka dapat menyebabkan gagalnya chart pattern tersebut.
Faktor eksternal lainnya adalah adanya support atau resistance yang kuat.  Adanya support atau resistance dapat membuat harga berbalik arah sehingga chart pattern tersebut gagal. Seperti pada chart di bawah ini terdapat flag. Di atas flag ini terdapat level resistance yang kuat. Setelah terjadi breakout pada chart pattern ini harga tidak berhasil mencapai target namun malah berbalik arah saat mencapai level resistance.

Faktor internal penyebab gagalnya trading chart pattern adalah dari trader itu sendiri. Ini dapat disebabkan oleh ketidaktahuan trader tersebut. Ketidaktahuan ini misalnya kurang bisa mengenali chart pattern, tidak bisa menghitung target dan sebagainya.
Faktor internal lainnya yang dapat menyebabkan gagalnya trading chart pattern adalah keserakahan. Adanya keserakahan ini atau greed ini membuat trader mengambil posisi saat belum terjadi  chart pattern dikonfirmasi. Setelah konfirmasi atau validnya chart pattern saja masih bisa gagal apalagi jika belum dikonfirmasi. Namun dalam kondisi tertentu kita dapat mengambil posisi sebelum chart pattern dikonfirmasi. Namun harus ada alasan yang kuat yang mendasari.
Bagaimana Meminimalkan Gagalnya Trading Chart Pattern
Untuk faktor eksternal penyebab gagalnya chart pattern kita tidak dapat mengubahnya, yang dapat kita lakukan adalah menghindarinya. Jika akan muncul berita yang dapat berpengaruh maka kita menunda mengambil posisi terlebih dahulu. Namun pengaruh berita terhadap chart pattern ini tidak bisa kita hilangkan sepenuhnya. Untuk peristiwa-peristiwa yang terjadi secara mendadak, seperti terjadinya bencana alam atau peperangan, ini masih akan berpengaruh pada chart pattern.
Selain memperhatikan berita, sebelum mengambil posisi maka kita juga memperhatikan pergerakan index atau sektor jika kita trading saham. Kita juga memperhatikan adanya level support atau resistance yang kuat setelah breakout pada chart pattern tersebut. Dengan memperhatikan hal-hal ini maka kita akan cukup signifikan mengurangi kegagalan trading chart pattern.
Untuk mengatasi faktor internal penyebab gagalnya trading chart pattern tentunya kita harus  memiliki pengetahuan yang benar tentang chart pattern. Chart pattern ini bisa sangat subyektif. Tanpa pengetahuan yang benar akan chart pattern maka kita dapat bingung dalam melihat chart pattern ini.

Sebagai contoh pada chart di atas terdapat triangle. Pada batas atas triangle, kita dapat menggambar internal line atau external line. Jika menggunakan internal line maka triangle ini merupakan ascending triangle. Namun jika menggunakan external line maka ini ini merupakan ascending triangle. Perbedaan seperti ini dapat berpengaruh kepada  penentuan titik terjadinya breakout dan juga penetapan target. Jika kita tidak memiliki pengetahun yang benar akan chart pattern akan chart maka kita tidak tahu manakah yang harus kita gunakan sebagai batas atas triangle tersebut, apakah internal line ataukah external line.
Pengetahuan lainnya  misalnya  tentang  volume. Masing-masing chart  pattern  memiliki ciri-ciri bagaimana volume selama pattern tersebut terbentuk. Dengan meilihat volume maka juga akan membantu kita meminimalkan kita mengambil posisi saat terjadinya false breakout pada chart pattern.
Selain  belajar pengetahuan yang benar tentang chart pattern, yang harus dilakukan lagi adalah berlatih. Chart pattern berbeda dengan indikator. Indikator menggunakan penghitungan matematis sehingga lebih obyektif, misalnya melihat kondisi overbought dan oversold pada oscilator. Chart pattern lebih subyektif dan lebih sulit dalam mengamatinya. Oleh sebab itu latihan itu perlu. Latihan ini akan meningkatkan kecepatan kita dalam mengenali chart pattern. Latihan ini juga akan membuat kita dapat trading chart pattern dengan benar.
Penggunaan indikator juga akan meminimalkan kegagalan chart pattern ini. Saat signal dari chart pattern sama atau terjadi confluence dengan signal indikator, maka ini akan meningkatkan probabilitas keberhasilan trading chart pattern ini.
Jadi Masih Bisakah Trading Chart Pattern
Hasil riset yang dilakukan Thomas Bulkowski memang menunjukkan semakin meningkatkanya tingkat kegagalan chart pattern. Namun riset tersebut tidak menunjukkan bahwa kita tidak bisa trading chart pattern. Trading berhubungan dengan probabilitas. Saat kita mampu meminimalkan kegagalan trading chart pattern tentu saja probabilitas  keberhasilan trading chart pattern akan meningkat.
Selain itu jangan lupakan peranan money management. Jika kita memiliki risk reward ratio yang bagus saat trading chart maka kita tetap akan profit. Sebagai gambaran jika kita memiliki risk reward ratio 1:3 maka secara keseluruhan kita tetap akan profit meskipun misalnya 70% chart pattern yang kita tradingkan gagal. Money management ini yang sering dilupakan banyak trader sehingga ketika mereka gagal mereka menyalahkan alat yang mereka gunakan.
Dengan meminimalkan kegagalan  dan penggunaan money management maka jawabannya ya kita masih trading chart pattern.

Tasuki Gap


Þ Muncul di uptrend
Þ Termasuk bullish continuation pattern, yaitu menunjukkan uptrend akan berlanjut
Þ Candle pertama adalah bullish candle
Þ Candle kedua adalah bullish candle dan terjadi gap up dengan candle pertama
Þ Candle ketiga adalah bearish candle yang dibuka pada candle kedua dan ditutup di bawah body candle kedua. Candle ketiga ini mengisi seluruh atau sebagian gap.
Þ Konfirmasi upside tasuki ini terjadi saat candle berikutnya mengalami gap up atau merupakan bullish candle.




Þ Muncul di downtrend
Þ Termasuk bearish continuation pattern, yaitu menunjukkan downtrend akan berlanjut
Þ Candle pertama adalah bearish candle
Þ Candle kedua adalah bearish candle dan terjadi gap down dengan candle pertama
Þ Candle ketiga adalah bullish candle yang dibuka pada candle kedua dan ditutup di atas body candle kedua. Candle ketiga ini mengisi seluruh atau sebagian gap.
Þ Konfirmasi downside tasuki ini terjadi saat candle berikutnya mengalami gap down atau merupakan bearish candle.

Price Volume Trend


Price Volume Trend atau disingkat PVT termasuk momentum indicator yang melakukan perhitungan money flow. PVT ini sama dengan indikator On Balance Volume (OBV) yang menghitung volume.

Meskipun    sama-sama    menggunakan   volume,  PVT dan OBV ini memiliki perbedaan dalam perhitungan. Pada OBV semua volume ditambahkan atau dikurangkan seluruhnya. Pada PVT hanya sebagian volume yang ditambahkan atau dikurangkan. Jumlah volume yang ditambahkan atau dikurangkan ini tergantung seberapa besar harga saat ini naik atau turun dibanding closing price hari sebelumnya.

PVT digunakan untuk melihat buying pressure (tekanan beli) dan selling pressure (tekanan jual). Saat nilai PVT ini naik maka buying pressure meningkat sedangkan saat nilai PVT turun maka selling pressure meningkat.

Teori dasar dari PVT ini adalah volume mendahului pergerakan harga. Oleh sebab itu kegunaan PVT yang pertama adalah untuk mengidentifikasi atau mengkonfirmasi trend. Seperti pada chart di bawah ini pergerakan harga dan PVT ini hampir sama. Oleh sebab itu saat kita trading dari signal yang membutuhkan kondisi trend atau trend reversal kita dapat melihat juga PVT ini sebagai konfirmasi.

Penggunaan PVT lainnya adalah untuk melihat adanya divergence antara PVT dan harga. Divergence ini sangat berguna karena menunjukkan potensi terjadinya reversal.


Pada chart di atas memberi contoh bullish divergence. Saat harga bergerak turun sedangkan PVT bergerak naik maka bullish divergence terjadi. Setelah divergence ini harga bergerak dalam uptrend.

Pada chart di bawah memberi contoh terjadinya bearish divergence, yaitu saat harga bergerak naik sedangkan PVT bergerak turun. Setelah bearish divergence ini kemudian harga bergerak turun.


Rangkuman

PVT adalah indikator yang berguna untuk melihat buying dan selling pressure. Buying dan selling pressure ini mendahului perubahan harga sehingga indikator ini sangat berguna. Adanya divergence antara PVT dan harga memberi pertanda akan terjadinya reversal. Indikator ini mirip dengan OBV. Namun karena perhitungan volume pada PVT melihat naik turunnya harga maka pergerakan pada PVT ini lebih mirip dengan pergerakan harga. Sama seperti indikator lainnya, penggunaan PVT sebaiknya digunakan bersama alat technical analysis lainnya.




Broadening Pattern


Broadening pattern atau disebut juga megaphone termasuk reversal pattern. Broadening bottom terjadi saat downtrend dan memberi tanda bahwa downtrend akan berganti menjadi uptrend. Sebaliknya broadening top terjadi saat uptrend dan memberi tanda bahwa uptrend akan berganti menjadi downtrend.

Pada broadening pattern ini kita dapat menggambar trendline sebagai batas atas dan batas bawah pattern ini. Jika pada triangle ini range pergerakan harga semakin menyempit maka sebaliknya pada broadening pattern ini range semakin melebar. Konfirmasi terjadinya breakout saat harga bergerak naik di atas peak nomer 4 (pada broadening bottom) atau saat harga bergerak turun di bawah bottom nomer 4 (pada broadening top).


Untuk penetapan target pada broadening pattern ini ada beberapa variasi. Target pertama adalah tinggi dari broadening pattern saat baru mulai terbentuk. Target kedua yang lebih panjang yaitu sama dengan tinggi broadening pattern saat terjadi breakout.
Pada broadening pattern volume semakin lama semakin meningkat.


Swing Trading Menggunakan Moving Average

Dalam swing trading kita berusaha mengambil keuntungan dari price swing yang terjadi. Untuk dapat mengambil keuntungan dari price swing ini maka kita harus mengetahui trend serta trading searah dengan trend.

Moving average  adalah  indikator  yang  paling mudah dalam menunjukkan trend. Saat harga berada di atas moving average menandakan uptrend sedangkan saat harga berada di bawah moving average menandakan downtrend. Pada strategi swing trading ini, kita menggunakan kombinasi tiga moving average, yaitu :
· 50-EMA (Exponential Moving Average) pada Close - warna biru
· 5-SMA (Simple Moving Average) pada High - warna hijau
· 5-SMA (Simple Moving Average) pada Low - warna merah

50-EMA digunakan untuk menentukan harga dalam uptrend atau downtrend. Jika harga di atas 50-EMA maka kita hanya akan mengambil posisi long. Sedangkan jika harga di bawah 50-EMA maka kita hanya akan mengambil posisi short. Kedua simple moving average digunakan untuk mengambil posisi dan exit.

Berikut ini aturan untuk posisi long :
1. Harga berada di atas 50-SMA
2. Saat harga ditutup di atas 5-SMA warna hijau, maka ambil posisi long pada pembukaan sesi berikutnya.
3. Stop loss ditempatkan sedikit di bawah 5-SMA warna merah

Pada chart di bawah ini terdapat contoh bagaimana menggunakan strategi ini. Pada transaksi BUY#1 dan BUY#3 kita mendapatkan profit. Namun pada transaksi BUY#2 kita mengalami loss karena setelah mengambil posisi harga kemudian turun sampai di bawah 5-SMA warna merah. Namun dari contoh tersebut loss kita jauh lebih sedikit dibanding profit yang kita dapat.


Untuk posisi short maka pelaksanaannya tinggal dibalik. Berikut ini aturan untuk posisi long :
1. Harga berada di bawah50-SMA
2. Saat harga ditutup di bawah 5-SMA warna hijau, maka ambil posisi long pada pembukaan sesi berikutnya.
3. Stop loss ditempatkan sedikit di bawah 5-SMA warna merah

Pada chart di bawah ini memberi contoh  bagaimana trading strategi ini dalam posisi short.  Untuk transaksi pertama kita mendapat break even. Kedua transaksi berikutnya kita mendapat profit.


Sama seperti pada strategi lainnya yang menggunakan moving average sebagai entri, maka strategi ini tidak akan berjalan baik saat harga bergerak sideways. Seperti pada chart di bawah ini saat harga bergerak sideways maka strategi ini akan memberikan banyak signal yang tidak profitable.


Strategi ini cukup simple dan kita dapat dengan cepat mengamati chart untuk melihat ada tidaknya peluang trading. Namun strategi ini masih bisa dikembangkan. Sebagai contoh daripada menunggu terkena stop loss maka kita dapat melakukan analisa candle atau price action untuk menentukan kapan harus exit. Selain itu strategi ini bisa dikembangkan dengan menambah indikator lain yang melihat kekuatan trend sehingga kita terhindar dari mengambil posisi saat harga bergerak sideways.

Sama seperti strategi pada umumnya, untuk menggunakan strategi ini pada real trading sebaiknya melakukan backtest terlebih dahulu untuk melihat apakah strategi ini cocok pada instrumen atau pasar tempat kita trading.


Strategi Trading False Break


Saat kita trading breakout, terkadang kita terkena stop loss. Ini terjadi karena kita mengambil posisi saat sudah terjadi breakout namun harga kemudian berbalik arah dan akhirnya kita terkena stop loss. Inilah yang disebut dengan false break.

False break terjadi karena harga mengetes level support atau resistance. Harga berhasil menembus level tersebut namun kurangnya tenaga membuat harga berbalik arah dan ditutup kembali di level sebelum terjadinya break tersebut. False break ini dapat menjadi petunjuk arah pergerakan harga dan kita mempelajarinya sehingga kita tidak hanya menderita loss karena false break ini namun mampu mendapat profit dari false break ini.



Pada chart di atas menunjukakan terjadinya false break pada level resistance. Harga berhasil naik di atas resistance namun akhirnya ditutup turun kembali di bawah resistance.

Tipe False Break

1. Bull atau bear trap
Bull atau bear trap umumnya terdiri dari satu sampai empat bar yang mengalami false break pada level support atau resistance. Bull dan bear trap ini terjadi saat harga bergerak dalam trend. Para trader yang mengira harga akan terus bergerak searah dengan trend saat terjadi breakout akan mengambil posisi. Mereka kemudian akan terkena stop loss karena harga kemudian berbalik arah.
Chart disamping menunjukkan contoh bull trap yang terjadi pada level resistance dan bear trap yang terjadi pada level support.

      


2.   False Break Pada Konsolidasi
Saat harga bergerak dalam trading range  false break sering terjadi. Harga kelihatannya sudah keluar dari trading range namun akhirnya kembali masuk ke dalam trading range lagi seperti pada chart di samping.
       
       


3. Fakey (Inside Bar False break)
Fakey adalah jenis false break yang dapat menjadi peluang bagi kita untuk mengambil posisi. Fakey ini adalah price action pattern yang mengharuskan adanya false break dari inside bar. oleh sebab itu jika terdapat inside bar maka kita tinggal menunggu false reak dari inside bar dan mother bar. Pada chart disamping terdapat dua fakey. Fakey ini memiliki beberapa variasi, salah satunya adalah fakey dengan pin bar.


False Break Dapat Menghasilkan Perubahan Jangka Panjang

Adanya false break ini seringkali membuat perubahan yang signifikan akan perubahan arah harga atau perubahan trend. Ini terutama saat false break ini terjadi pada level support resistance utama yang sangat kuat. Kegagalan harga untuk terus menembus level tersebut akan membuat harga mengalami retracement atau bahkan perubahan trend seperti pada chart di bawah ini. Pada chart ini harga gagal berada di atas resistance. Harga kemudian bergerak dalam downtrend.



Peristiwa besar saat George Soros melakukan short british pound dan membuat rugi Bank of England juga diawali dengan terjadinya false break. Pada chart di samping terlihat harga membuat high baru namun kemudian ditutup kembali didekat harga pembukaannnya. Setelah itu british pound turun sangat tajam.



Penutup

Sebagai trader, jika kita belajar mengidentifikasi dan mengantisipasi false break yang terjadi, maka kita akan mengalami loss. Namun jika memperhatikan price action yang terjadi pada level support atau resistance yang kuat maka kita akan mampu mendapat profit dari terjadinya false break ini.