Selamat datang di Artikel Indotraderpedia

Di blog ini kami menampilkan artikel-artikel yang pernah dimuat di majalah indotraderpedia.

Download Majalah Indotraderpedia

Jika Anda ingin membaca majalah secara lengkap dan terbaru, silahkan download majalah Indotraderpedia.

Toko Indotraderpedia

Kami juga menyediakan buku dan ebook dengan harga yang terjangkau.

Strategi Forex

Silahkan bergabung dengan menjadi member strategi forex untuk mengakses berbagai strategi forex.

Hubungi Kami

Silahkan hubungi kami jika ada pertanyaan.

02 January 2015

Apakah Kita Perlu Indikator ?

Perkembangan teknologi  sangat berpengaruh atas perkembangan trading. Di zaman  sebelum ada komputer, para trader harus melakukan semua secara manual. Mereka harus menggambar sendiri chart dan jika menggunakan indikator mereka harus melakukan perhitungan matematis secara manual.

Berbeda dengan saat ini. Kita dengan mudah kita dapat memperoleh chart  dengan berbagai variasi time frame.  Berbagai variasi indikator juga dapat dengan mudah kita tampilkan di chart.

Indikator saat ini menjadi bagian penting dari technical analysis. Kebanyakan strategi trading menggunakan minimal satu indikator. Berbagai indikator dikembangkan dan  kita sebagai pengguna dapat dengan mudah mengubah settingan indikator .

Indikator adalah perhitungan matematis yang sebagian besar menggunakan harga sebagai bahan perhitungan. Harga di sini dapat berupa open, high, low dan close. Pertanyaanya, apakah perlu kita menggunakan indikator dalam trading?

Pro

Pandangan pertama adalah pandangan yang pro dengan penggunaan indikator. Mereka berpendapat indikator dapat memberikan informasi lebih kepada trader meskipun indikator itu sendiri kebanyakan berasal dari data harga.

Informasi yang dapat diberikan indikator ini adalah   dapat   memprediksi pergerakan. Sebagai contoh pada chart di bawah ini menggunakan RSI yang merupakan leading indicator. Saat harga membuat lower low sedangkan indikator membuat higher low maka terjadi divergence. Divergence ini memberikan tanda harga akan berbalik arah seperti pada contoh chart tersebut.


Selain itu manfaat indikator lainnya adalah dapat memberikan  informasi untuk entri atau masuk ke pasar. Sebagai contoh pada chart GBP/USD di sbawah ini. Indikator yang digunakan adalah moving average. Melalui penggunaan dua moving average, yaitu SMA-20 dan SMA-50, akan didapat signal sell saat terjadi crossover dai dua moving average. 


Indikator sebagai pemberi signal buy atau sell memang mudah digunakan. Bahkan orang yang tidak mengerti technical analysis jika kita beri aturan untuk melakukan buy atau sell menggunakan indikator akan mampu melaksanakan.

Mudahnya penggunaan indikator ini membuat kebanyakan trader pemula selalu menggunakan indikator. Mereka akan lebih mudah memahami kondisi pasar saat mereka menggunakan indikator.

Kontra

Pandangan berikutnya adalah pandangan yang menyatakan bahwa indikator ini tidak perlu karena indikator ini sendiri berasal dari data harga. Ini diibaratkan seperti kita menggunakan binokular/teropong saat melihat konser musik padahal kita duduk di barisan terdepan.

Mereka beranggapan karena indikator berasal dari harga, maka lebih baik menganalisa berdasarkan pergerakan harga saja. Indikator tidak dapat menyampaikan informasi melebihi pergerakan harga. Ibarat melihat konser tadi, saat kita meletakkan binokular atau teropong dan melihat langsung ke panggung maka kita akan melihat lebih jelas dan nyaman.

Apa Yang Harus Kita Lakukan

Sebagai trader, kita perlu berbagai alat dalam technical analysis untuk menganalisa pasar. Indikator termasuk juga salah satu alat dalam  technical  analysis  oleh karenanya kita memerlukannya. Namun yang perlu diperhatikan adalah bagaimana penggunaan indikator itu sendiri.

Kita harus tahu berbagai jenis indikator dan berbagai fungsi indikator.  Kita tidak dapat trading hanya menggunakan satu indikator saja sebagai pemberi signal entri. Namun pengguna indikator yang terlalu banyak malah tidak produktif, apalagi jika indikator-indikator tersebut memiliki fungsi yang sama. Penggunaan indikator yang  terlalu  banyak juga akan membuat kita kehilangan peluang trading karena harus menunggu semua indikator memberikan signal yang sama.



Hal lain yang perlu kita ingat adalah tidak ada satu indikator yang sempurna. Tiap-tiap indikator punya kelebihan dan kelemahan. Misalnya ada indikator yang bekerja dengan baik saat pasar sedang trend namun ada yang bekerja dengan baik saat pasar dalam kondisi konsolidasi. Oleh karenanya indikator saja tidak cukup!

Kita perlu belajar mengenai pergerakan harga atau price action. Pergerakan harga di pasar trading disebabkan oleh tingkah laku para pelaku pasarnya. Para pelaku pasar ini memiliki kecenderungan untuk melakukan hal yang sama berulang-ulang. Oleh karenanya ada chart pattern dan candlestick yang mampu memberikan informasi apa yang terjadi saat ini. 

Pengetahuan akan price action jika digabungkan dengan indicator akan menjadikan trader memiliki kelebihan dalam analisa. Sebagai contoh, jika trader tahu saat ini kondisi pasar sedang trend atau konsolidasi, maka dia akan tahu indikator apa yang cocok digunakan saat itu. Contoh lain saat indikator memberikan signal untuk entri tapi signal entri tersebut dekat dengan resistance yang cukup kuat, maka itu dapat menjadi pertimbangan bagi kita untuk mengambil entri tersebut atau tidak.

Penutup

Trading tanpa indikator sama sekali adalah mungkin dilakukan dan tidak sedikit trader yang melakukan ini. Namun kita trading hanya berdasar indikator dan tidak memiliki pengetahuan technical analysis lainnya sebaiknya tidak dilakukan. Trading hanya berdasar indikator saja memang cara termudah bagi para trader pemula. Namun trading dengan indikator dengan didasari pengetahuan kita akan pergerakan harga atau price action akan memberikan keuntungan besar. 

Ibarat kita menonton konser musik dan duduk di barisan terdepan, kita akan melihat lebih luas dan nyaman tanpa menggunakan teropong.  Namun teropong tersebut dapat kita gunakan sesekali untuk melihat wajah penyanyi lebih jelas. Demikian juga saat kita trading. Pengetahuan kita akan pergerakan harga akan membuat kita mampu menggambarkan kondisi pasar. Indikator dapat kita gunakan saat kita ingin masuk ke pasar atau mengkonfirmasi analisis kita.

Tweezer Top & Bottom



  • Muncul di uptrend
  • Termasuk bearish reversal pattern, yaitu menunjukkan kemungkinan perubahan dari uptrend menuju downtrend
  • Syarat utama kedua candle memiliki high yang sama atau hampir sama
  • Warna dari candle tidak penting
  • Candle dalam tweezer tops tidak harus terjadi berutan
  • Idealnya body candle pertama panjang sedang body candle kedua pendek atau tidak memiliki body
  • Semakin signifikan saat terjadi di level resistance


  • Muncul di downtrend
  • Termasuk bullish reversal pattern, yaitu menunjukkan kemungkinan perubahan dari downtrend menuju uptrend
  • Syarat utama kedua candle memiliki low yang sama atau hampir sama
  • Warna dari candle tidak penting
  • Candle dalam tweezer bottom tidak harus terjadi berutan
  • Idealnya body candle pertama panjang sedang body candle kedua pendek atau tidak memiliki body
  • Semakin signifikan saat terjadi di level support





Rate Of Change (ROC)

Rate of Change atau disingkat dengan ROC adalah termasuk jenis momentum indicator. ROC menghitung persentase perubahan harga dari satu satu periode ke periode lainnya. Misalnya ROC dengan periode 10 akan membandingkan harga saat ini dengan harga 10 periode sebelumnya.

ROC berfluktuasi di atas dan di bawah 0. Prinsipnya harga akan naik selama nilai ROC tetap positif. Sedangkan harga akan turun selama nilai ROC negatif. 

Penggunaan 

1. Crossover Level 0

ROC dapat digunakan untuk memberikan signal buy saat naik di atas 0 dan dapat memberikan signal sell saat turun di bawah 0. Contoh seperti chart di bawah ini.



2. Overbought dan oversold

ROC dapat digunakan untuk memberikan signal overbougt dan oversold. Level overbough dan oversold ini dapat kita tentukan dengan melihat history chart. Contoh chart ADBE ini dua kali oversold terjadi pada level di bawah -5. Untuk yang ketiga kalinya oversold juga terjadi pada level di bawah -5. 



Saat menggunakan  ROC untuk menunjukkan level overbought dan oversold, kita perlu ingat bahwa nilai ROC tidak memiliki batas. Oleh karenanya ROC dapat berada di level overbought dan oversold ini dalam jangka waktu lama.

3. Divergence

Sebagai momentum indikator, divergence yang terjadi antara ROC dan harga dapat memberikan tanda kemungkinan terjadinya reversal seperti chart di bawah ini. 



Key Reversal



Key Reversal Top atau juga disebut Bearish Key Reversal terjadi saat uptrend. Harga dibuka di atas high hari sebelumnya sehingga terjadi gap up namun kemudian ditutup turun di bawah low hari sebelumnya. Penutupan di bawah low hari sebelumnya ini memberi signal kuat kemungkinan perubahan trend.  


Secara psikologis, buyer mampu mendorong harga membuat high baru namun pada akhirnya buyer tidak dapat mempertahan kenaikan harga tersebut dan malah turun  di bawah low hari sebelumnya. Sehingga menunjukkan seller yang mulai memegang kendali.

Contoh key reversal seperti chart di bawah ini. Pada saat terjadi key reversal biasanya diikuti dengan volume yang tinggi.


Key Reversal Bottom atau juga disebut Bullish Key Reversal terjadi saat downtrend. Harga dibuka di bawah low hari sebelumnya sehingga terjadi gap down namun kemudian ditutup naik di atas high hari sebelumnya. Penutupan di atas high hari sebelumnya ini memberi signal kuat kemungkinan perubahan trend. 



Secara psikologis, seller mampu mendorong harga membuat low baru namun pada akhirnya seller tidak dapat mempertahankan penurunan harga tersebut dan malah naik  di atas high hari sebelumnya. Sehingga menunjukkan buyer yang mulai memegang kendali.

Contoh bullish key reversal seperti chart di bawah ini. Pada saat terjadi bullish key reversal biasanya diikuti dengan juga dengan volume yang tinggi.




Trading Pullback

Saham yang berada dalam uptrend akan mengalami pullback dan memberikan kita peluang melakukan buy dengan risiko yang lebih kecil. Sebagai swing trader , kita harus menunggu peluang ini untuk terjadi.

Pada saat saham berada dimanakah kita akan buy saat pullback? Kita membeli saham tersebut saat saham tersebut berada di Traders Action Zone (TAZ). Pada chart di bawah ini contoh pullback yang terjadi pada TAZ. Kita melakukan buy menunggu saham turun ke area TAZ. 


Untuk meningkatkan peluang trading kita, tidak semua pullback langsung kita ambil posisi buy. Berikut ini dua jenis pullback yang memiliki peluang lebih besar.

Pullback Pertama

Saat uptrend, akan terjadi crossover MA-10 di atas EMA-30. Setelah crossover ini terjadi, kita menunggu pullback pertama. Setelah pullback pertama ini terjadi sampai area TAZ, maka kita dapat mengambil posisi buy.




Pullback Pertama Setelah Breakout

Jika saham berada dalam kondisi sideways atau konsolidasi, maka pada suatu waktu akan terjadi breakout. Saat kita langsung melakukan buy saat terjadi breakout ini terlalu berisiko karena bisa saja ini false breakout. Selain itu kebanyakan setelah breakout harga mengalami pullback untuk mengetes level breakout tersebut. Oleh karenanya kita dapat melakukan buy menunggu terjadinya pullback setelah terjadinya breakout.


Swing Stop

Satu pertanyaan yang selalu muncul saat trading adalah dimanakah meletakkan stop. Meletakkan stop ini tidak mudah. Kita harus menemukan keseimbangan antara meminimalkan kerugian dari hasil trading yang buruk dan penempatan stop yang terlalu dekat dengan pasar yang membuat kita keluar terlalu cepat. Jadi bagaimanakah harus meletakkan stops?

Uptrend adalah serangkaian higher low dan biasanya diikuti oleh higher high. Sebaliknya downtrend adalah serangkaian lower high yang  diikuti dengan lower low.

Sebagai trader, pada umumnya kita diajarkan untuk trading searah dengan trend yang terjadi pada time frame yang kita pilih. Secara logika, jika trend tersebut berakhir, maka akan lebih bijaksana kita segera exit sebelum loss bertambah besar atau profit kita berubah menjadi loss. Dengan menggunakan definisi dan pengetahuan akan trend, kita dapat membuat strategi untuk meletakkan stop yang lebih efektif.

Seperti yang sudah disebut sebelumnya, uptrend adalah serangkaian higher low, khususnya higher swing low. Time frame yang kita gunakan tidaklah penting karena ini bekerja di semua time frame.



Dalam downtrend, kita fokus pada lower swing high.



Jika kita trading melakukan buy, maka kita mengharapkan adanya serangkaian higher swing low yang terjadi. Kita akan exit saat kita mencapai target yang sudah kita tentukan sebelumnya atau jika trend berakhir dengan membuat lower swing high. Saat trading sebaiknya kita menggunakan protective stop, yaitu saat posisi kita mulai profit kita memindahkan stop. Kita memindahkan stop ini dengan tujuan berjaga-jaga jika sebelum target tercapai trend kemudian berbalik arah. Stop ini ditempatkan di bawah swing low.



Sebagian dari Anda yang membaca artikel ini mungkin berpikir bahwa ini masuk akal, sebagian lagi mungkin berpikir sudah melakukan hal ini namun tidak berhasil karena terkena stop terlalu cepat. Kuncinya adalah pada mengetahui saat yang tepat untuk memindahkan stop kita. Kebanyak trader memindahkan stop terlalu cepat. Kita harus menunggu harga membuat high baru kita memindahkan stop ke swing low.



Sistem ini dapat juga kita lakukan saat melakukan shorting. Kita mengubah stop kita ke swing high terakhir saat harga mampu membuat low baru.



Stop loss ini sangat penting. Kita tidak dapat konsisten trading jika kita mengalami loss yang besar dan tidak trader yang tidak pernah loss. Oleh karenanya kita menempatkan stop loss di mana pasar tidak lagi akan bergerak searah dengan trading kita.

Bagaimana Mencari EA Metatrader Yang Ideal ?

Saat ini ada ribuan Expert Advisor (EA) Metatrader yang dibuat dan dapat digunakan oleh para trader. Tentunya dengan begitu banyak pilihan tersebut bukan perkara mudah bagi kita memilih EA yang cocok dengan gaya trading dan tingkat risiko kita. Apalagi setiap EA yang ditawarkan memberikan informasi kelebihan dan hasil yang bagus.

Dengan menggunakan Metatrader, kita dapat melakukan backtesting dari EA. Tentunya kita akan memilih EA yang memberikan hasil terbaik di masa lalu. Meskipun backtesting ini tidak akan 100% pasti memberikan hasil di masa depan, namun melalui backtesting ini kita akan mendapat hasil statistik yang berguna untuk menilai EA yang kita test. 

Ada dua statistik yang dapat menjadi pertimbangan dalam memilih EA, yaitu Profit Factor dan Drawdown.

Profit Factor

Dalam memilih EA, kebanyakan trader hanya melihat seberapa besar profit yang mampu dibuat oleh 
EA tersebut. Akan tetapi kita tidak hanya memperhatikan profit saja namun harus juga memperhatikan risiko. Profit Factor akan memberikan gambaran bagaimana profitabilitas EA dan risiko yang dimilikinya.

Profit Factor dihitung sebagai berikut :
(profit - commission)/(max drawdown + commission) 

Rasio ini menunjukkan seberapa banyak keuntungan yang kita dapatkan untuk setipa dollar dalam account kita dibandingkan dengan seberapa besar risiko kerugian kita.

Profit Factor dengan nilai kurang dari 1 menunjukkan performa yang kurang baik. Perhatikan tabel di bagian bawah. Dari tiga EA ini EA nomer 3 adalah EA dengan profit factor kurang dari 1 sehingga dapat langsung kita eliminasi. 



Perhatikan bawah EA 3 tersebut sebetulnya profitable (total gain - total loss = $890). Namun dengan maximum drawdown $1000 ditambah komisi $130 maka EA 3 tersebut tidak menguntungkan.

Analisa Drawdown

Drawdown terjadi ketika net balance account kita lebih rendah dari account balance kita. Account balance adalah balance yang kita miliki, sedangkan net balance adalah balance yang kita  miliki dikurangi  atau  ditambah dengan profit atau loss dari posisi yang masih terbuka. 

Misalnya kita mempunyai balance $ 1000 dan kita memiliki satu posisi yang saat ini sedang loss $50. Maka net balance account kita adalah $950 dan ini berarti terjadi drawdown karena net balance lebih rendah dari account balance.

Untuk memulai analisa drawdown kita dapat melihat equity curve. Equity curve ini menunjukkan perkembangan balance account kita. 



EA yang memiliki equity curve choppy dan sporadis   menunjukkan  EA  tersebut   memiliki volatilitas tinggi seperti di bawah ini. Jika kita tipe trader yang tidak terlalu suka risiko kita tidak akan memiliki EA ini karena  EA ini naik turun dengan tajam. 



EA dengan pergerakan yang lebih halus menunjukkan EA tersebut stabil seperti gambar di atas. EA seperti inilah yang cocok bagi trader yang tidak terlalu menyukai risiko.

Untuk analisa drawdown sendiri, ada tiga hal yang harus kita perhatikan.

1. Maximum Drawdown

Ini adalah drawdown terbesar yang dialami oleh EA tersebut. Hal yang dapat kita pikirkan yaitu jika misalnya kita langsung mengalami drawdown setelah kita membuka account tersebut, apakah kita masih bisa  menghadapinya.

2. Average Drawdown

Average dradown merata-rata seluruh drawdown yang terjadi. Dalam melihat average drawdown ini tentunya kita harus melihat juga equity curve. Hal ini dikarenakan meskipun dua EA dapat memiliki average drawdown yang sama namun melalui equity curve ini dapat kita lihat mana EA yang lebih stabil dan mana EA yang lebih volatile.

3. Recovery Drawdown

Recovery drawdown ini menunju berapa lama account kita kembali positif setelah mengalami loss. Perlu diperhatikan bahwa EA yang volatile biasanya memiliki masa recovery yang lebih cepat karena fluktuasi yang tinggi. Namun EA yang lebih stabil butuh waktu lebih lama untuk recovery.
Dari statistik-statistik ini kita dapat menganalisa dan selanjutnya memilih mana yang sesuai dengan kepribadian kita dan tingkat risiko yang kita inginkan.

5 Prinsip Psikologi Trading

Prinsip #1 : Trading adalah Aktivitas Pertunjukkan

Seperti bermain musik atau berolahraga,  trading memerlukan penerapan pengetahuan dan skill untuk pertunjukkan real time. Sukses dalam trading, sama seperti pertunjukkan lainnya, tergantung pada proses perkembangan yang intensif , latihan terstruktur dan pengalaman yang kesemuanya ini butuh waktu yang panjang.  Banyak   masalah  timbul  karena  trader  berusaha untuk mencapai sukses dalam trading tanpa perlu melalui  proses  ini.   Tidak mungkin sukses dalam trading tanpa mengasah keterampilan kita. Kepercayaan diri dalam trading didapat dari proses belajar dan pengembangan skill dan bukan dari latihan psikilogis saja.

Prinsip #2 : Sukses dalam trading adalah fungsi dari bakat dan keterampilan

Trading, dalam pengertian ini, tidak berbeda dengan catur, even olimpiade, atau akting. Kemampuan bawaan (bakat) dan kompetensi yang dikembangkan (keterampilan) menentukan tingkat seseorang sukses. Dari band rock, penari balet dan pegolf, hanya sebagian kecil dari mereka yang mampu mempertahankan kinerja mereka sehingga bisa sukses alam jangka panjang. Kunci untuk sukses adalah menemukan kecocokaan antara bakat/keterampilan seseorang dan peluang khusus yang tersedia dalam bidang tersebut. Untuk trader, ini berarti mencari kecocokan antara kemampuan, market yang dipilih dan strategi yang akan ditradingkan.

Prinsip #3 : Skill utama dalam trading adalah mengenali pola

Apakah trader secara visual memeriksa chart atau menganalisis signal statistik, pengenalan pola ini adalah jantung dari trading. Trader berusaha mengindentifikasi perubahan supply dan demand secara real time dan menanggapi pola yang menunjukkan perubahan tersebut. Sebagian besar pendekatan yang berbeda untuk trading- analisa teknikal dan fundamental, siklus, ekonometrik, analisis kuantitatif sejarah, profil pasar - hanya metode untuk mengkonsep pola pada frame waktu yang berbeda. Trader akan mendapatkan keuntungan besar dari metode-metode yang cocok dengan gaya kognitif mereka dan kekuatan. Orang yang mahir pemrosesan visual, dengan memori visual yang superior, akan sangat baik dalam menggunakaan chart. Seseorang yang sangat analitis akan mendapatkan manfaat dari studi statistik dan sinyal mekanik.

Prinsip # 4: Pengenalan pola banyak didasarkan pada pembelajaran implisit

Pembelajaran implisit terjadi ketika orang-orang berulang kali melihat dan akhirnya mengenali pola-pola  meskipun  mereka  tidak  dapat menjelaskan aturan yang mendasari pola-pola. Ini seperti bagaimana anak kecil mempelajari bahasa dan akhirnya bisa bicara. Pembelajaran implisit ini memfasilitasi kecepatan pengenalan pola yang tidak akan mungkin dilakukan melalui analisis biasa. Riset  mengatakan  bahwa  pembelajaran implisit hanya terjadi setelah orang telah menjalani ribuan percobaan pembelajaran. Inilah sebabnya mengapa kompentesi trading - seperti kompetensi di bidang lain  - membutuhkan latihan yang cukup.

Prinsip # 5: Faktor emosional, kognitif, dan fisik menghalangi akses terhadap pola yang telah diperoleh secara implisit

Setelah seorang pemain telah mengembangkan keterampilan dan  menuju kompetensi dan keahlian, psikologi  menjadi  penting dalam mempertahankan konsistensi kinerja. Banyak gangguan kinerja disebabkan adanya pergeseran kognitif, emosional, dan/atau fisik sehingga mengaburkan kecenderungan merasa dan intuisi yang telah kita dapatkan melalui pembelajaran implisit. Ini paling sering terjadi sebagai akibat dari kecemasan dan  ketakutan kita tentang hasil kinerja sehingga malah mengganggu    akses   ke  pengetahuan    dan    keterampilan yang diperlukan untuk memfasilitasi kinerja itu. Gangguan kinerja tersebut juga umumnya terjadi ketika trader trading dalam  posisi yang terlalu besar untuk account mereka dan/atau tidak menjaga risk management. Fluktuasi proft/loss yang besar perubahan emosional yang akan mengganggu pengambilan keputusan. Oleh karenanya kita perlu mempelajari kontrol emosi sehingga dapat mengambilan keputusan dengan baik.