Salah satu jenis strategi yang banyak digunakan oleh para trader adalah breakout. Strategi breakout ini terlihat simple. Saat harga bergerak dalam range antara support dan resistance, kita tinggal menunggu harga bergerak melewati support atau resistance ini untuk mengambil posisi.
Ide di balik strategi breakout memang simple. Namun dalam prakteknya tidak semudah itu. Trading breakout dapat membuat trader mendapat profit atau sebaliknya mendapat loss. Saat terjadi breakout, ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu breakout tersebut sukses atau breakout tersebut gagal.
Breakout yang Sukses
Breakout yang sukses atau berhasil dapat terjadi dalam dua kondisi. Yang pertama setelah terjadinya breakout harga akan bergerak terus searah trend. Contoh seperti pada di bawah ini ini. Setelah breakout terjadi rally. Ini adalah kondisi setelah breakout yang paling ideal dan paling diharapkan oleh trader.
Kondisi kedua yang dapat terjadi setelah breakout yang sukses adalah terjadi pullback terelebih dahulu sebelum harga bergerak kembali searah dengan terjadinya breakout. Kondisi breakout seperti ini yang lebih sering terjadi daripada kondisi pertama.
Dalam kondisi breakout ini, dapat dibagi menjadi tiga fase. Fase pertama adalah harga bergerak menembus level support/resistance. Fase ini disebut action. Fase kedua adalah reaction/reaksi. Dalam contoh pada chart di atas, setelah harga naik, kemudian harga mulai bergerak turun. Ini terjadi karena mulai berkurangnya minat beli dari trader. Saat harga turun dan terjadi pullback ini trader yang belum mengambil posisi melihat peluang untuk masuk ke pasar. Mereka melakukan buy dekat dengan posisi terjadinya breakout sehingga harga kemudian naik dan terjadi rally melebihi high setelah breakout.
Volume juga berkaitan dengan suksesnya breakout ini. Saat fase pertama biasanya volume mengalami peningkatan. Saat terjadi fase kedua volume mengalami penurunan. Kemudian saat fase ketiga terjadi, volume akan mengalami peningkatan.
Breakout Yang Gagal
Ada tiga jenis breakout yang gagal.
1. Price Spike
Price Spike adalah harga naik di atas level resistance atau turun di bawah level support dalam satu sesi saja. Dalam sesi berikutnya harga bergerak kembali dalam area trading range. Price spike ini terjadi karena salah satu pihak, buyer atau seller, berusaha mendorong harga keluar dari trading range, namun gagal karena kurangnya dukungan.
Sebagai contoh seperti chart di bawah ini. Saat harga bergerak dalam trading range, kemudian terjadi breakout naik di atas resistance. Namun sesi berikutnya harga bergerak turun kembali ke dalam trading range.
Pada price spike, umumnya yang bergerak naik atau turun di atas trading range adalah shadownya saja. Ini memberikan tanda bahwa salah satu pihak berusaha membawa keluar harga dari trading range namun gagal sehingga harga ditutup pada atau di sekitar level support atau resistance.
Oleh karenanya konfirmasi itu penting untuk menghindarkan kita dari price spike ini. Kita menunggu mengambil posisi setelah harga naik di atas high dari sesi terjadinya breakout. Selain itu konfirmasi dari indikator juga dapat membantu kita terhindar dari mengambil posisi saat terjadinya price spike.
2. Whipshaw
Jenis breakout yang gagal berikutnya adalah whipshaw. Whipshaw ini terjadi saat setelah terjadinya breakout harga bergerak dalam range yang kecil.
Sebagai contoh seperti chart di atas. Saat terjadi breakout (action) harga kemudian mengalami retracement (reaction) di mana harga bergerak naik turun di sekitar level support atau resistance. Akibat terjadinya whipshaw ini maka tidak jelas ke mana harga akan bergerak selanjutnya. Harga selanjutnya dapat bergerak naik atau malah turun.
Dalam upside breakout yang sukses, saat terjadi fase reaction kemudian banyak buyer yang masuk ke pasar sehingga fase resolution segera terjadi, yaitu harga kembali bergerak naik. Namun saat terjadi whipshaw pada upside breakout, buyer tidak cukup kuat menggerakkan harga naik sehingga terjadi tarik ulur harga di sekitar level terjadinya breakout. Kondisi seperti inilah yang sering membuat trader akhirnya terkena stop loss.
3. False Breakout
False breakout adalah bentuk breakout yang gagal dimana setelah terjadi breakout harga kemudian mengalami reversal dan bergerak kembali ke dalam level sebelum terjadinya breakout.
Contoh seperti chart di bawah ini. Setelah fase action dan reaction, harga seharusnya bergerak naik. Namun harga bergerak turun sehingga terjadilah false breakout.
False breakout ini terjadi karena kurangnya buyer atau seller setelah fase reaction. Dalam contoh chart di atas kurangnya buyer baru yang masuk ke pasar membuat harga turun kembali di bawah level breakout.
Menghadapi Kemungkinan Breakout Yang Gagal
Breakout yang gagal ini selalu pasti akan terjadi. Namun bagaimanakah kita menghadapinya?
Pertama-tama kita harus menyadari bahwa banyak trader yang meluangkan waktu yang banyak berusaha memprediksi masa depan dan mereka kurang waktu dalam mempersiapkan kondisi yang terjadi di masa depan. Tidak ada kepastian dalam trading, yang ada hanyalah bagaimana kita memanfaatkan peluang dengan sebaik mungkin. Oleh karenya risk management dalam trading adalah keharusan.
Breakout terjadi di zona konflik. Baik buyer atau seller memperhatikan level breakout ini. Namun tidak seorangpun tahu seberapa besar kekuatan yang diperlukan untuk menggerakkan trend. Jadi setiap posisi yang diambil di dekat level breakout memiliki risiko, tidak peduli seberapa sempurna pattern atau setup yang kita dapat.
Risk management diperlukan untuk menghadapi kemungkinan terjadinya breakout yang gagal. Adanya risk management akan meminimalkan loss kita sehingga kita tetap dapat mengambil posisi ketika peluang breakout yang lain muncul.