Double top dan double bottom adalah pola chart yang mengindikasikan berakhirnya trend (reversal). Prinsip pada double top dan double bottom mirip, bedanya double top terjadi pada uptrend dan mengindikasikan kemungkinan down trend sedangkan double bottom terjadi pada downtrend dan mengindikasikan kemungkinan uptrend.
Double top terlihat pada chart mirip dengan huruf “M”. Harga mencapai peak kemudian terjadi sedikit retracement, yang menyebabkan terjadinya lembah di antara double top, dan kemudian harga rally kembali ke peak. Setelah itu harga turun dan terjadi downtrend. Konfirmasi terjadinya double top adalah ketika harga turun di bawah retracement (neckline) seperti gambar di bawah ini.
Double bottom kebalikan dari double top, terlihat pada chart mirip dengan huruf “W”. Harga mencapai low baru kemudian terjadi sedikit retracement dan setelah itu harga kembali menuju low. Selanjutnya harga tidak terus berlanjut dalam downtrend tapi berganti menjadi uptrend. Konfirmasi terjadinya double bottom adalah saat harga menembus neckline seperti gambar di bawah ini.
Dalam trading, selain menunjukkan arah pergerakan harga, double top dan double bottom juga dapat menunjukkan target harga. Target harga dapat dihitung dengan menghitung tinggi pola yang terjadi. Untuk double top, misalnya lowest low pada formasi double top adalah 500 sedangkan highest high adalah 550. Tinggi formasi adalah 50 (550-500). Maka target harga minimal adalah 450 (500-50).
Target price double top = lowest low - (highest high-lowest low)
Untuk double low, misalnya lowest low pada formasi double top adalah 500 sedangkan highest high adalah 550. Tinggi formasi adalah 50 (550-500). Maka target harga minimal adalah 600 (550+50).
Target price double bottom = highest high + (highest high-lowest low)
Namun trading menggunakan double top dan double bottom ini tidak mudah. Menurut Schabacker, double top dan double bottom adalah formasi yang paling salah dimengerti. Banyak trader yang beranggapan karena double top dan double bottom merupakan formasi yang umum, maka dianggap secara konsisten dapat diandalkan. Thomas Bulkowski memperkirakan double top mempunyai tingkat kegagalan 65%, namun jika trader menunggu terjadinya breakout, tingkat kegagalan turun menjadi 17%. Sementara untuk double bottom, Bulkowski memperkirakan tingkat kegagalan mencapai 64%, namun jika trader menunggu breakout, tingkat kegagalan turun menjadi 3%.
Salah satu kunci untuk menentukan double top dan double bottom adalah dengan memperhatikan volume. Pada umumnya, pada double top, volume akan lebih tinggi di sebelah kiri daripada disebelah kanan. Volume pada saat terjadinya top pertama harus tinggi, sedangkan pada top kedua juga harus dengan volume yang tinggi tapi tidak melebihi volume pada top pertama. Volume cenderung menurun pada saat pola ini mulai terbentuk. Volume meningkat lagi ketika pola ini sudah komplit terbentuk yaitu saat terjadinya breakout.
Selain volume, para analis juga memperhatikan waktu antara kedua top (pada double top) dan kedua bottom (pada double low). Semakin lama jarak keduanya, semakin penting formasi tersebut menunjukkan reversal. Namun di sisi lain, Elaine Yager menyatakan bahwa jarak yang pendek di antara keduanya tidak apa-apa asalkan kita tetap memperhatikan volume.
Pada akhirnya, double top dan double bottom dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi perubahan trend. Semakin kuat trend yang sebelumnya, semakin besar double top dan double bottom ketika terbentuk akan menghasilkan reversal. Untuk meminimalkan tingkat kegagalan double top dan double bottom, kita perlu menunggu konfirmasi harga menembus neckline.