11 November 2014

Relative Strength Index (RSI)

Relative Strength Index atau lebih dikenal dengan RSI diperkenalkan oleh J. Welles Wilder pada bukunya New Concept In Technical Analysis (1978). RSI adalah momentum oscilator yang dipergunakan untuk mengidentifikasi kondisi ekstrem momentum jangka pendek (nilai overboutght dan oversold). RSI ini dapat dipergunakan pada timeframe mana pun.

Kalkulasi

Cara penghitungan RSI adalah rasio dari rata-rata harga penutupan naik (up close, yaitu harga penutupan yang lebih tinggi dari harga penutupan sebelumnya) dengan rata-rata harga penutupan turun (down close, yaitu harga penutupan yang lebih rendah dari harga penutupan sebelumnya) untuk periode waktu tertentu. Rasio ini kemudian dinormalisasi untuk mendapatkan nilai di antara 0 sampai100 menggunakan formula berikut ini :

RSI = 100 - (100 / [1 + (U/D)])
dimana :
U adalah rata-rata up close untuk periode waktu tertentu
D adalah rata-rata down close untuk periode waktu tertentu

RSI menghitung momentum harga dengan melihat up close dan down close pada periode tertentu. Jika lebih banyak up close daripada down close, maka RSI akan naik. Sebaliknya jika lebih banyak down close daripada up close, maka RSI akan turun.

Periode RSI yang banyak dipakai adalah 9, 14, dan 25. Akan tetapi tidak ada periode yang paling baik, semua tergantung pada kondisi pasar dan timeframe yang digunakan oleh trader. Semakin kecil periode yang digunakan, semakin sensitif RSI terhadap fluktuasi harga jangka pendek.

Aplikasi

1. Overbought dan oversold

RSI pada umumnya digunakan untuk mengidentifikasikan kondisi pasar overbought dan oversold. Untuk RSI 14 hari, Wilder menyarankan nilai 70 atau lebih sebagai kondisi overbought dan nilai 30 ke bawah menunjukkan kondisi oversold.

Akan tetapi, level overbought dan oversold  akan bervariasi tergantung jumlah hari atau bar yang digunakan dalam perhitungan. RSI dengan dengan jangka yang lebih pendek,  misalnya 5 hari, akan berfluktuasi lebih banyak dibandingkan RSI 14 hari. Oleh sebab itu level overbought dan level oversold untuk jangka waktu RSI yang lebih pendek perlu ditinggikan dan direndahkan, misalnya 85 dan 15.

2. Divergence

Kegunaan lain dari RSI adalah untuk melihat adanya divergence yang terjadi di antara harga dan indikator. Divergence terjadi ketika pasar menghasilkan higher high (atau lower low) tapi RSI gagal mengkonfirmasi dengan malah menghasilkan high yang lebih rendah atau low yang lebih tinggi. Ini menandakan bahwa high atau low yang dibuat sebelumnya terjadi pada momentum yang lebih lemah, yang menunjukkan potensi signal reversal.

Signal overbought dan oversold serta divergence kadangkala digabungkan untuk meningkatkan kualitas signal. Sebagai contoh, trader misalnya menunggu sampai RSI untuk bergerak sampai level overbought  (misalnya di atas 70) dan menghasilkan divergence sebelum mengambil profit atau melakukan short. 


Gambar di atas menunjukkan bagaimana kondisi overbought dan divergence terjadi bersamaan. Pada pertengahn Oktober, FTSE100 mencapai kondisi overbought pada RSI. Namun harga FTSE terus naik dan membuat higher high sedangkan RSI menghasillkan high yang lebih  rendah sehingga timbulah divergence.  FTSE kemudian  turun sebanyak hampir 300 poin selama bulan Desember. 

3. Chart pattern

Analisa chart pattern juga bisa digunakan pada RSI, sama seperti analisa chart pattern pada chart harga. Pada chart FTSE100 di bawah ini  menunjukkan formasi double bottom juga terjadi pada RSI yang menunjukkan potensi reversal. Setelah terjadinya double bottom, RSI mengalami kenaikan hingga mencapai hampir 6600 poin pada pertengahan Mei.


Contoh berikut ini menunjukkan bagaimana menggambar trendline pada RSI juga dapat menunjukkan trend. Ketika trendline pada RSI ditembus, maka mengindikasikan perubahan trend.


Poin Utama

RSI adalah termasuk momentum oscillator yang merupakan leading indicator (kebalikan dari lagging indicator seperti moving average). Gambar di bawah ini menunjukkan bagaimana RSI sebagai leading indicator.


FTSE100 mengalami downtrend pada akhir Februari sampai awal Maret. Kita bisa menggambar trendline pada chart harga dan juga RSI. Downtrend terbentuk lebih dahulu pada RSI dan kemudian pada chart harga. Pada pertengahan Maret, trendline pada RSI berhasil ditembus, sedangkan pada chart harga trendline berhasil ditembus satu hari sesudahnya. Ini menggambarkan RSI sebagai leading indicator.

Pada momentum indicator seperti RSI, ketika harga dari hari ke hari meningkat makin besar (misalnya hari pertama naik dua poin, hari kedua tiga poin) maka RSI akan naik. Jika kenaikan harga tetap (misalnya naik dua poin tiap hari), maka RSI akan bergerak sideway karena tidak ada kenaikan momentum. Jika naiknya harga dari hari ke hari makin kecil(misalnya hari pertama tiga poin, hari kedua naik dua poin), RSI akan turun meskipun harga tetap naik. Inilah sebabnya RSI termasuk leading indicator.

RSI bekerja dengan baik pada pasar yang bergerak dalam trading-range. Namun pada pasar yang sedang trend, RSI akan menghasilkan false signal. Oleh  karenanya RSI pada umumnya digunakan sebagai indikator sekunder yang menunjukkan potensi reversal.

Kesimpulan

RSI adalah salah satu oscillator yang banyak dipakai untuk menunjukkan kondisi overbought dan oversold. Divergence yang terjadi antara harga dan RSI menunjukkan potensi reversal. RSI merupakan leading indicator yang bekerja dengan baik pada pasar trading-range. Pada pasar yang sedang trend, RSI akan menghasilkan false signal.

RSI tidak dapat digunakan sebagai indikator tunggal yang menunjukkan signal buy atau sell. Kita seharusnya tidak melakukan buy atau sell hanya karena RSI menunjukkan pasar sedang overbought atau oversold. RSI perlu digunakan bersama-sama alat trading lainnya untuk memperkuat potensi reversal yang ditunjukkan oleh RSI.