Trader pemula cenderung memperumit strategi trading saat mereka memulai trading untuk pertama kali. Fakta ini sangat disayangkan namun itulah yang sebenarnya terjadi. Trader seringkali merasa bahwa strategi trading dengan banyak indikator dan alat technical analysis lainnya akan lebih baik daripada strategi trading yang sederhana.
Namun seiring dengan berjalannya waktu selama mereka trading, akhirnya kebanyakan mereka akan menyadari bahwa strategi trading yang sederhana seringkali malah yang terbaik. Trading dengan strategi yang sederhana memungkinkan trader bereaksi lebih cepat. Jika Anda baru memulai trading, carilah strategi yang sederhana dan efektif.
Salah satu cara menyederhanakan trading Anda adalah dengan membuat trading plan yang berisi strategi trading Anda menggunakan indikator dan cara untuk menggunakan indikator tersebut. Ada empat indikator yang mudah diikuti dan dapat menjadi alat untuk mengidentifikasi titik entri dan exit Anda.
Karena banyaknya faktor fundamental yang mempengaruhi mata uang, banyak trader memilih menggunakan chart untuk mencari peluang trading. Saat melihat chart, Anda akan melihat ada dua kondisi yang biasa terjadi. Yang pertama adalah harga bergerak dalam trend (baik uptrend maupun downtrend) dan yang kedua harga bergerak dalam kisaran tertentu (support dan resistance) atau biasa disebut sideway atau trading range.
Dengan menggunakan technical analysis, Anda dapat mengidentifikasi apakah pasar dalam kondisi trend atau trading range serta mencari peluang entri dan exit dengan probabilitas paling tinggi. Empat indikator yang dapat Anda pergunakan untuk menghasilkan strategi yang sederhana adalah Moving Averages, Relative Strength Index (RSI), Slow Stochastic, dan Moving Average Convergence & Divergence (MACD).
Moving Averages
Moving average memudahkan trader untuk mencari peluang trading yang searah dengan trend. Moving average adalah rata-rata harga selama periode tertentu. Dalam trading menggunakan moving average, Anda dapat menggunakan satu moving average atau beberapa moving average sekaligus.
Sebagai contoh pada chart GBP/USD di atas menggunakan kombinasi tiga moving average, yaitu 200 MA untuk melihat trend jangka panjang, 50 MA untuk trend jangka menengah dan 20 MA untuk trend jangka pendek.
Signal entri didapat dari hasil persilangan dua MA atau dapat juga saat harga menembus MA tertentu. Dalam contoh di atas saat harga menembus 200 MA maka terjadi pergerakan harga yang cukup besar.
RSI
RSI adalah termasuk jenis oscillator yang menunjukkan kondisi overbought dan oversold. RSI memiliki nilai dari 0 - 100. RSI di atas 70 menunjukkan kondisi overbought sedangkan di bawah 30 menunjukkan kondisi oversold.
Dalam trading menggunakan RSI, signal buy didapat setelah RSI mampu naik melebihi garis oversold 30 sedangkan signal sell didapat saat RSI mampu turun di bawah garis overbought 70.
Saat pasar dalam kondisi sideways, Anda dapat mengambil signal buy dan sell. Namun saat pasar dalam kondisi trend, sebaiknya mengambil signal yang searah dengan pasar saja.
STOCHASTIC
Slow stochastic adalah oscillator sama seperti RSI yang mengindikasikan kondisi overbought dan oversold. Pada stochastic, kondisi overbought terjadi pada nilai di atas 80, sedangkan kondisi oversold terjadi pada nilai di bawah 20. Karena stochastic terdiri dari dua garis, yaitu %K dan %D, maka signal didapat dari crossover kedua garis tersebut terutama pada saat berada dalam kondisi overbought dan oversold.
MACD
MACD juga termasuk dalam oscillator. Namun jika RSI dan stochastic memiliki batasan nilai (0-100), MACD tidak memiliki batasan nilai, sehingga terkadang yang menjadi acuan adalah apakah MACD di bawah O atau di atas O. Dalam trading menggunakan MACD, signal didapat dari crossover yang terjadi antara MACD Line dan Signal Line.
Penutup
Empat indikator yang telah dibahas dalam artikel ini dapat menjadi alternatif untuk strategi trading Anda.
Sumber gambar : www.dailyfx.com